Translate

Sunday, September 18, 2011

RUSIA-KOREA UTARA: DENUKLIRISASI SEMENANJUNG KOREA

Oleh:
Alexander Vorontstov dan Oleg Revenko, Pengajar Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia

Kunjungan Kim Jong-il baru-baru ini ke rusia dan pertemuan singkatnya dengan Presiden Dimitri Medvedev di Ulan-Ude kembali mengobarkan lingkaran kepentingan-kepentingan politik.
Kunjungan tersebut merupakan kunjungan pertama pemimpin Korea sejak tahun 2002. Kunjungan tersebut pada kenyataannya bersifat sangat rahasia dan sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh terkait hasilnya sehingga sangat menarik untuk diketahui. Presiden Rusia mengatakan Kim Jong-ill menyinggung sejumlah permasalahan untuk dibahas; bilateral, multilateral, dan masalah-masalah keamanan regional, termasuk permasalahan nuklir Korea Utara dan denuklirisasi Semenanjung Korea.
Korea Utara merupakan negara  khusus dan kompleks yang cenderung sulit dimengerti. Negara tersebut juga merupakan tetangga Rusia. Rusia sendiri, sedang berusaha untuk lebih aktif secara politik dan ekonomi di wilayah tersebut, termasuk dalam komplesitas Semenanjung Korea- isu yang berkaitan langsung kepentingan-kepentingan strategis dan keamanan nasional.  untuk melindungi kepentingan-kepentingannya sekaligus memperoleh manfaaf kembali dari permasalahan di Semenanjung Korea, Moskow harus mempertahankan dialog-dialog politik dan mengatur sejumlah saluaran-saluran komunikasi rahasia dengan kedua belah pihak, baik Korea Utara maupun Korea Selatan.
Inilah tujuan yang ingin dicapai Moskow.
Moskow tidak mempercayai mitos bahwa Kim Jong-ill tidak terprediksi dan irasional. Malahan, menganggap apa yang dilakukan Pemerintahan Korea Utara merupakan sesuatu yang logis yang mungkin terlihat cukup buruk dan tidak biasa dalam terminologi mentalitas liberal Barat. Sejak keruntuhan Uni Soviet, program nuklir Pyongyang , bagaimanapun mempengaruhi rezim non-proliferasi nuklir global, yang justru membuat Korea Utara tidak mengalami nasib yang serupa dengan Yugoslavia dan Lybia, yang ternyata dijadikan target oleh Barat.  Untuk menghentikan aktifitas program nuklir Korea Utara, komunitas internasional seharusnya menurunkan rasa intensitas ketidakamanan dengan adanya program tersebut  melalui insturumen-instrumen diplomasi, termasuk memulai kembali pembicaraan enam pihak (Six Party Talks).
Hal tersebut menunjukkan bahwa pertemuan di Ulan-Ude menjadi langkah penting untuk berdialog antara Moscow dan Pyongyang untuk menyelesaikan masalah di Korea yang dihentikan sementara pada akhir 2008. Sejak awal tahun , Rusia menaruh perhatian terkait konsekuensi-konsekuensi yang bisa muncul  dari situasi seperti sekarang, sehingga mengambil upaya-upaya diplomatik untuk menemukan cara guna membuka kebuntuan selama ini. Patut berterima kasih kepada Moscow bahwa, pada Maret kemarin, Korut setuju untuk kembali ke meja perundingan terkait pembicaraan enam pihak tanpa perlu prasayarat-prasarat tertentu.Sekarang setelah hasil pertemuan di bulan Agustus kemarin , Pemimpin Korea Utara mengumumkan keinginan untuk mengajukan penghentian sementara ‘produksi material-material nuklir beserta percobaan-percobaan selanjutnya’. Namun, hal tersebut menjadi tidak jelas, jika menjadi janji tanpa syarat atau Korea Utara hanya akan berkomitmen bila pihak-pihak lainnya juga melakukan hal yang sama terhadap negara tersebut. Apapun yang terjadi, Moskow dengan terhormat dan tetap melakukan pendekatan secara terus menerus untuk mengizinkan Pyongyang menjadi fleksibel-membuktikan bahwa Rusia jauh lebih longgar dibandingkan tekanan AS dan Korea Selatan yang menginginkan isolasi.
Kepentingan Rusia terhadap Korea Utara, yang dibahas selama pertemuan tersebut, juga dipicu oleh rencana penempatan jalur pipa-pipa gas Trans-Korea dari perbatasan Rusia yang akan banyak memasok kebutuhan   gas (10 meter kubik setiap tahun) ke Korea Selatan.  Rencana tersebut bukanlah rencana baru, namun sempat dihentikan pasca pecahnya konflik  antara dua Korea pada tahun 2010.
Tetapi tahun ini, baik Pyongyang maupun Seoul secara serempak kembali membicarakan mengenai keterlibatan mereka dalam rencana diatas.  Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kim Sung Hwan, yang mengunjungi Moskow pada awal Agustus kemarin, mengumumkan perhatian yang serius dari pemerintahanya terkait masalah tersebut. Sekarang sejauh ini, Dimitri Medvedev  dan Kim Jong-ill juga menyetujui ‘kerjasama abad ini’. Tentu saja, implementasinya akan membutuhkan sejumlah prasayarat-prasyarat klasik baik, secara bilateral maupun trilateral.
Satu hal yang jelas, tanpa kerjasama yang normal antara Pyongyang dan Seoul  tidak akan ada kemajuan. Dan hanya waktu yang akan menjawab apakah mereka siap untuk bekerjasama. Namun, pihak-pihak yang selama ini berkepntingan terhadap konflik dua Korea,  harus mengerti bahwa kesuksesan dari pelaksanaan kerjasama tersebut akan memberikan keuntungan yang signifikan untuk semua pihak yang terlibat dan akan berkontribusi terhadap stabilitas Semenanjung Korea, seperti yang diinginkan semua orang. Hal tersebut cukup positif. Bagi Moscow, hal tersebut merupakan kesempatan yang unik untuk mempertegas kehadirannya di semenanjung tersebut dan juga  berkontribusi terhadap rekonsiliasi dua Korea.
Pertemuan Rusia-Korea Utara, dengan semua konsekuensinya, sejauh ini cukup bermanfaat. Pertemuan tersebut menunjukkan bahwa kebijakan Rusia di Semenanjung Korea sangat meningkat dan menyimpan banyak ide pada masa yang akan datang. Dua tujuan yang berbeda tersebut diarahkan ke Korea, akan menjadi investasi berkelanjutan dan menjanjikan.[1]

Alexander Vorontstov adalah kepala Jurusan dengan konsetrasi Korea dan Mongolia pada Institut Studi Oriental, Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.

Oleg Rovenko adalah peneliti senior pada Institut Hubungan Internasional dan Ekonomi Global, Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.
Jakarta, 17 September 2011.


[1] Artikel tersebut disadur berdasarkan judul asli “ Russia-North Korea: Denuclearisation of Korean Peninsula”, lebih lanjut lihat http//www.eastasiaforum.org/2011/09/17/russia-north-korea-denuclerisation-of-the-korean-peninsula/?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+eastasiaforum%2Ffeed+%28East+Asia+Forum%29

No comments:

Post a Comment